Hobi Trekking, Pemuda Yogya Ini Bela-belain Sendirian Ke Nepal

Oleh : Widodo Raharjo Budiman

Just share pengalaman solo backpacking dan hiking di Himalaya, semoga bisa sedikit menghibur, menginspirasi atau meracuni Anda hahah..

Perjalanan ini menjadi salah satu bucketlist saya setelah saya menemukan dan membaca sebuah artikel ttg seseorang yang melakukan perjalanan ke Annapurna Base Camp (ABC, Himalaya, 4130 meter above sea level) sendiri, tanpa guide maupun porter.. Akhirnya setelah melakukan riset singkat sekitar 120 menit setelah membaca artikel itu, saya putuskan untuk mengikuti intrusive thought saya dan langsung membeli tiket promo Jogja-Kathmandu pp sejak tahun 2014 lalu (sekitar 4jt pp dan bagasi 1jt rupiah). Bahkan saya tidak bilang ke keluarga maupun ke teman dekat saya karena takut mereka shock dan mungkin pingsan (tanpa angin tanpa hujan tiba2 beli tiket ke Nepal secara random) hahaha yeah that’s me..

Time has flies and.. Perjalananpun dimulai, 23 Agustus 2015.. setibanya di Nepal, saya langsung ke counter visa on Arrival (VOA) dan membayar visa fee sebesar 25 USD. Prosesnya cepat dan mudah semuanya dengan komputer termasuk foto untuk visa tersebut. Setelah melalui bagian imigrasi, saya menuju pengambilan bagasi, dan ternyata setelah menunggu sekitar 1 jam ternyata bagasi saya tidak ada, setidaknya saya tidak sendiri yang mengalami hal tersebut karena malam itu banyak traveller lain yang jg sama2 connecting flight ke Nepal mengalami kehilangan bagasi juga (lega dapet temen), lalu kami semua membuat laporan ke petugas lost and found di bandara dan oleh petugas kami dipersilakan untuk menghubungi lagi esok hari. Apa boleh buat pikirku terpaksa harus kembali lagi ke airport besok karena saat itu sudah larut malam, akhirnya saya mencari hotel, dan saya menuruti saran seorang sopir taxi yang ramah dan mengajak saya untuk menginap di hotel milik temannya.

Hotelnya cukup besar, dan saya mendapatkan potongan setengah harga dari biasanya, meskipun harus diakui pelayanannya juga cuma setengah hati. Ok, keesokan harinya, saya habiskan waktu untuk membuat ijin mendaki untuk individual trekkers di kantor Tourism Board Kathmandu Nepal lokasinya cuman jalan 10 menit dari hotel, kalau tidak punya permit jangan coba2 nekad, nanti ada checkpoint buat ngecek, dan kalo dilanggar kena denda!).

Dalam perjalanan menuju tourism board ini, saya mendapat jackpott! yaitu ketika melewati jembatan penyeberangan, saya tidak sengaja menginjak kotoran anjing yang guede banget.. Sungguh apes nasibku hahaha.
Setelah ijin saya dapatkan, saya habiskan sisa waktu hari itu dengan mencari keperluan2 tambahan untuk melakukan trekking. Akhirnya saya membeli beberapa barang yang menurut saya sedikit berlebihan karena harga alat trekking disana jauh lebih murah dan lengkap daripada di Indonesia sehingga memancing hedonisme terpendam saya .. Bahkan ada produk The North Face made in Indonesia (100% original bkn yg KW) tapi harganya dibawah harga di outlet di Indonesia dengan model yang sama karena lagi cuci gudang! hehe.

[Hari Pertama Trek]
Keesokan harinya, pagi2 benar sekitar jam 7 pagi saya berangkat dari Kathmandu menuju ke Pokhara dengan bus, saya merencanakan hari ini sebagai hari pertama trekking, dimulai di siang hari, sebelumnya saya baca sekilas di internet bahwa perjalanan dari Kathmandu ke Pokhara hanya 5 jam jadi pas jam 12 siang saya bisa mulai trekking tapi ternyata, yang saya baca di internet itu adalah lama perjalanan dari Kathmandu ke Pokhara dengan sepeda motor yang ngebut sepertinya (ngaco, hahah). Perjalanan saya dengan bus habis sekitar 7,5 jam (si sopir hampir 7x berhenti untuk beristirahat) tetapi cukup menyenangkan karena di setiap jalan yang berliku2 yang dilewati terdapat pemandangan yang mengagumkan dan saya termasuk tipe orang yang menyukai perjalanan, hingga seseorang merebut kebahagiaan saya dengan meminta bertukar tempat duduk dengan saya yang saat itu duduk di window seat karena alasan ingin muntah dan butuh oksigen.

Setibanya di Pokhara pukul 2.30 saya langsung naik ke taxi, membeli peta dan sebuah trekking pole dan langsung menuju start Trail yaitu Phedi, sebelumnya saya sempat berargumentasi dengan pak supir karena menurutnya saat itu sudah sangat terlambat untuk memulai trek dan kondisi langit sudah mau hujan, tetapi saya bersikeras, dan akhirnya pak supir taxi menyerah dan mengantar saya (sebelum mengantar saya, pak supir sempat menjemput istrinya dulu bersama saya -__-), sesampainya di Phedi saya langsung memulai trek dengan berjalan menaiki tangga yang tidak berujung sambil diguyur hujan selama 3,5 jam dan akhirnya saya sampai di desa Dhampus, saya sampai di desa ini pada sekitar pukul 7 malam dan kondisi langit sudah mulai gelap.

Saya menginap di teahouse yang hanya terlihat seperti rumah biasa dari luar, dan ternyata dalamnya cukup besar bahkan ada kamar mandi dengan hot shower didalamnya (Thx GOD). Fyi kamar hotel di desa ini adalah yang paling mahal dari semua hotel/guesthouse/tea house selama perjalanan trekking saya, yaitu 500 NPR (65rb rupiah) tetapi juga satu2nya yang memiliki kamar mandi dalam!. Di setiap desa ada yang namanya Hotel, tidak benar-benar berupa hotel, mungkin seperti guest house atau mereka menyebutnya tea house, tetapi mereka tetap memasang papan bertuliskan “Hotel” biar keren. Biayanya cukup murah, karena setelah desa ini setiap malam saya hanya menghabiskan 150-200 NPR ( 17-26rb rupiah/malam untuk biaya kamar), bahkan di ABC (ketinggian 4130 meter pun biaya menginap hanya 200 NPR!! (atau 26rb rupiah. Murah kan! Ga perlu bawa tenda kok)

Malam itu dengan pede nya setelah berjalan 3,5 jam melewati tangga tak berujung itu, saya membuka peta dan yakin bahwa saya sudah berjalan lumayan jauh. Dan setelah melihat peta, tiba2 speechless dan hilang sudah kepedean saya, karena ternyata 3,5 jam saya mendaki jaraknya sangat-sangat pendek sekali di peta itu. Dan ternyata total perjalanan menuju ABC dan balik lagi adalah 100 Kilometer!! (dengan trek yang naik turun gunung tentunya)
Jika dilihat dari jaraknya, tampaknya agak mustahil saya dapat mencapai ABC dan kembali lagi dengan timeframe saya yg cukup mepet karena ada kejadian bagasi tertinggal dan salah perhitungan waktu perjalanan dengan bus, tetapi dengan sedikit frustasi saya tetap membuat jadwal yang optimis, dan bertekad untuk memulai perjalanan besok dengan penuh semangat di pagi hari. Sebelum tidur saya dinner dengan makanan khas Nepal yaitu “Dhal Bhat” makanan ini terdiri dari nasi putih, curry, Dhal, sayuran ijo dan sebuah emping besar. Rasanya top abis!! seperti makan nasi padang tetapi rendangnya sayur mayur, nikmat dan sehat jadi satu.. Orang nepal sampai memiliki slogan untuk makanan ini: “Dhal Bhat Power is For Twenty Four Hours!! Yeah”.. Biasanya para guide asli Nepal hanya makan ini dan mampu berjalan sangattt2 lama, tapi buat gue.. Yaa tetep aja pegel kl jalan lama2 hahaha. Satu lagi kelebihan menu ini, kamu bisa nambah sepuasnya sampe perut kekenyangan sampe ga kuat makan lagi hahaha.


[Hari Kedua]
Wow Pagi hari itu langit cerah dan saya pertama kali melihat Himalaya range dengan mata kepala saya sendiri.. hampir ga percaya, Seperti lukisan di langit, seperti ada bongkahan es putih besar besar diatas pegunungan yang hijau. Pokoknya keren abis, saya jadi langsung bersemangat. Setelah menyikat sarapan, saya langsung mengangkat carrier 18 kilogram saya dan berjalan ke arah pegunungan es tersebut!

Pagi hari itu saya sangat gembira dan semua penduduk desa yang saya lewati saya sapa dengan salam khas Nepali “NAMASTE!”

Setiap hari saya selalu membuat target trekking, dan biasanya saya buat target lokasi makan siang dan menginap, karena harus kejar target, saya memasang target yang cukup ketat dan perjalanan trekking saya saya mulai dari 7 pagi hingga terkadang sampai jam 7 malam. (Bayangkan betapa lelahnya kaki ini, kalau dia bisa mengajukan resign mungkin kaki ini sudah resign hahah)

Hari kedua ini saya tidak menyadari bahwa jalur yang saya pilih ini termasuk jalur yang tidak populer, dan jarang dilalui trekker, karena medannya yang naik turun.. Kejadian yang cukup bikin jantungan adalah ketika saya ambil resiko untuk berjalan di trek hutan sendiri (ketika itu ada jalur jeep, tetapi saya mengambil jalan pintas ke dalam hutan, oh ya sebelumnya jalur trek di area ini semuanya jelas dan sudah dibuat oleh warga sekitar dari batu2 jadi ga akan mudah tersesat, kayaknya..).

Ketika itu kaget karena jalan yang sepi, hutan berkabut, tiba2 jalan yang saya lewati terhalang oleh sebuah pohon gede yang tumbang.. Bingung, saya takut dan pengen balik ke jalur jeep tadi. Tapi akhirnya saya coba melewati pohon roboh tadi dengan memanjatnya sambil menggendong carrier 18kg coy! dan melewatinya.. Saya takut kalau jalan yang saya ambil salah dan gue tersesat di tengah hutan sendiri. Bused. Tapi karena kenekatan saya dan terdesak karena kaki saya yang capek dan menolak untuk putar balik, akhirnya saya lewati juga dan ternyata jalannya tidak nyasar (Hore), lalu kejadian kedua, masih di dalam hutan yang sama, karena keasyikan dengerin playlist lagu rock and roll tiba2 saya terpeleset dan hampir kehilangan keseimbangan, dengan cekatan padahal saya sudah bisa mengerem dan tidak terjatuh tapi karena terlalu membungkuk akhirnya carrier saya yang seberat 18kg tadi membuat saya kehilangan keseimbangan beneran dan terjatuh. Dengkul saya kejeduk batu and that moment saya terdiam 15 menitan, lalu mencoba menggerakan kaki dan ternyata bisa bergerak (Fiuh), meskipun sakit tapi saya bisa berdiri dan berjalan lagi.. Ga kebayang kalau kenapa2 karena sendirian di hutan.

Lalu kejadian jantungan ketiga adalah ketika jam 6 sore menuju desa terakhir, saya bertanya arah kepada beberapa anak SD disana, saya ditunjukkan jalan pintas, lalu saya ikuti jalan pintas tersebut.. ternyata jalan pintas itu sudah jarang dipakai dannn saya harus melewati jembatan kayu gantung yang sudah reyot dan rusak, dan dibawahnya ada sungai yang sangat deras!! Tapi akhirnya saya lewati juga sambil jantungan.

Sampai jam 7 malam akhirnya saya sampai di desa Landruk, dari rencana perjalanan akhirnya saya dapat memenuhi target dengan berjalan sekitar 11 jam. Setelah itu saya langsung mandi dengan hot shower, dinner dan langsung tidur pukul 7.30 dan hari keduapun berakhir.


[Hari Ketiga]
Kalau di hari kedua mendapat semangat, hari ketiga ini judulnya penyesalan. Benar2 bangun pagi kaki sakit semua, ketika jalan harus kaya kepiting (jalan kesamping) karena pegal pegalll, belum ditambah dengkul yang sakit bekas jatuh kemaren. Setiap jalan 2 langkah harus berhenti buat meringis sebentar menahan sakit+pegal.. Ohh menn.. Tapi akhirnya tetap jalan juga.. Di hari ketiga ini jalannya nanjak semua, rasanya semangat hilang semua, terus ada jg moment jantungan yaitu harus ngelewatin suspension bridge kayu tua licin terpanjang (kira2 panjangnya 200 meter) sambil membawa carrier 18 kg, dan ketika ada ditengah jembatan, jembatannya miring 45 derajat! belum lagi sungai dibawahnya, super derasss, ampe yakin kl jatuh pasti nyawa melayang men… Akhirnya gue lewat aja tanpa berenti dan toleh2 sama sekali, sambil jantungan abis. Bener-bener moment near death experience, lebay hahaha.
Terus selama berjalan sendirian didampingi gebetan dan selingkuhan setia yaitu pegal & capek, tiba2 sebelum saya sampai di desa Jhinu village (desa yg terkenal memiliki onsen atau hot spring) saya bertemu dengan rombongan cewek-cewek dengan dua orang guide, ini pertama kali saya bertemu trekker lain.. Bahagia, akhirnya saya tidak sendiri T_T. (Due to low season and after earthquake effect, jadi emang sangat sepi.. kira2 jumlah tourist berkurang 80% dari hari hari normal, padahal earthquakenya tidak ngaruh sama sekali di lokasi ini maupun di pusat kota)
Lanjut, nah dari rombongan tersebut saya bertemu seorang gadis keturunan Korea-Canada, wajahnya cantik, berkulit sawo matang dan bermata sparkling blue, cantik bgt. Ampe gue lupa ngeliatin pemandangan gara2 ngeliatin dia trs, hehe. Dan kami ngobrol2 sambil kecapekan karena berjalan..Ternyata mereka memiliki rute yang berbeda denganku karena mereka hanya akan berputar saja dan akan stay di village ber hot spring tadi, lalu kembali lagi ke Pokhara, setelah ngobrol2 ternyata dia juga punya jadwal yang sama denganku yaitu 10 hari di Nepal.
Langsung kebayang saya puter balik, nginep di Jhinu village, nikmati hot spring sama doi, lalu kembali ngabisin waktu liburan di Pokhara bareng. It’s like a really really really ggggood plan. Dan saya sangat menyesal sepanjang perjalanan karena tidak mengikuti plan tersebut, hingga akhirnya saya sampai di Annapurna Base Camp dan terkagum-kagum akan keindahannya, hilang semua penyesalan saya.

[Hari berikutnya, skip aja ye langsung to the end, udah ngantuk]
Singkat cerita setelah itu saya bertemu beberapa trekker lain yang sama2 dengan saya yang akan menuju ke ABC dan kami berjalan bersama2 (semuanya cowok T_T, literally tidak berjalan bersama juga karena saya berjalan paling lambat jadi ditinggal terus T___T) dan menghabiskan 2 hari lagi sebelum saya tiba di ABC, benar-benar 2 hari like hell, jalan terus menanjak dan oksigen semakin tipis karena altitude yang semakin tinggi membuat badan semakin kecapekan, kayak.. mau.. mati.. rasanya.

Rasa pegal dan sakit di kaki sudah seperti permanen dan terkadang sampai mati rasa, sampai-sampai disuatu village bernama Himalaya, saya meninggalkan sebagian barang bawaan saya berupa perlengkapan mandi saya (yes ga usah mandi) dan beberapa baju dan sebuah jaket untuk mengurangi beban bawaan karena saat itu saya benar-benar sudah mencapai limit saya. Tapi, rasa capek dan pegal itu semuanya terbayar ketika tiba di Base Camp, tidak bisa saya menahan senyum dan bahkan saya berteriak2 dan tertawa sendiri karena rasa puas berhasil tiba di ABC, 3 jam gue senyum2 sendiri kayak orang bego (bahkan gue melakukan sprint 100 meter diikuti high jump 3x dengan kaki yang mau patah saking gembiranya). Tapi sungguh keindahannya is second to none, tempat terindah yang pernah saya kunjungi sampai saat ini, it was really really an amazing place! Totally worth every sweat and pain. Perjalanan menguras tenaga fisik dan mental terbayarkan.

Setelah menginap semalam di ABC, rasanya ga pingin pulang, dan semua trekker lain juga merasakan hal yang sama.

Himalaya is a really beautifull place
Malam di ABC kami mengadakan “Dhal Bhat Party” hahaha.. belly to the max! hahah
Dhal Bhat Power is for Twenty Four Hour! Yeah

..
Perjalanan turun saya jalani selama 2,5 hari dengan rasa capek dan pegal yang tidak kalah dengan ketika naik ke atas, tapi semua perjalanan ini menjadi sebuah pengalaman dan cerita berharga yang akan saya bagikan kepada anak dan cucu saya kelak nantinya (ceileh)
Pokoknya you must go to this place at least once in your life, because it was really really beautiful.

special note
Why I choose to go solo?
Well, saya sangat bersyukur karena perjalanan ini saya jalani sendirian (Mungkin next time saya akan pergi dengan teman), alasannya karena pertama saya jadi tau benar kemampuan saya baik secara fisik mental dan tekad saya menghadapi jalur trekking di himalaya ini maupun apapun yang akan saya hadapi nantinya di segala aspek kehidupan saya, hal ini membuat saya menjadi semakin percaya diri dan lebih independent dan tidak gampang menyerah.
Kedua karena hampir 80% pengalaman berinteraksi sosial yang tidak terlupakan tidak akan saya dapatkan jika saya pergi dengan rombongan teman-teman sendiri yang sudah saya kenal, saya banyak bertemu stranger yang dalam satu malam kami menjadi keluarga, it was really amazing, Mendapatkan keluarga baru dari Nepal, Canada, Korea, German, Belgia, Perancis, India, USA, Chinna dan negara lainnya hanya dalam waktu 10 hari.
Dari interaksi tidak terduga ini wawasan dan pola pikir saya menjadi semakin luas, dan saya menjadi orang yang lebih positif dan berkarakter, hehe.

bonus pepatah untuk para solo traveller (only solo traveller would understand):

“Kamu tidak akan pernah tau seberapa kamu mengenal dirimu sendiri sampai kamu benar-benar sendiri di tempat yang tidak kamu kenal.”

“When you travel alone, you came back as a better person.”

Total perjalanan ini kira-kira saya menghabiskan total 9,8 jt rupiah sudah termasuk tiket promo PP (diluar perlengkapan gear mendaki gunung)
Untuk perinciannya sbb:
Biaya tinggal di tea house (+breakfast+dinner+lunch): 1500NPR-2500 NPR, average 2000 NPR (low season) x 7 = 14.000 NPR
Bus Kathmandu-Pokhara-Kathmandu: 800 NPR one way x2 = 1.600 NPR
Hotel in Kathmandu: 1500 NPR for 2 days x 2 = 3.000 NPR
Hotel in Pokhara: 600 NPR for 1 day
Jeep from Nayapool to Pokhara: 3000 NPR
Taxi from Pokhara to Phedi: 1500 NPR
Taxi from Airport to Thamel area (Kathmandu): 800 NPR one way x2 = 1.600
Lunch, dinner, breakfast at Pokhara/ Katmandu: average 500 NPR x 9 = 4.500 NPR
Trekking Permit 4000 NPR

Total seluruhnya = 33.800 NPR ( 4,4 jt rupiah untuk 10 hari.. kurs 1 NPR = 130 Rupiah)
Tambah tiket pp 5jt + visa 400rb

catatan untuk winter season (high season) tampaknya harga2 tersebut akan mengalami peningkatan.

Oh ya kl mau mendaki gunung di luar negeri, saya sarankan menggunakan asuransi perjalanan, jgn seperti saya kmrn yang tidak memakai asuransi perjalanan.. Soalnya ada kejadian sedikit menyedihkan, teman seperjalanan saya yaitu guide dari orang dari India yang sama2 mendaki ke ABC mengalami AMS (Altitude Mountain Sickness) sehingga harus dijemput helicopter dan dibawa ke RS terdekat, dia udah 25 tahun jadi guide hampir tiap hari trekking tetapi tetap aja bisa kena AMS.. Bukan menakut2i tetapi ada baiknya memiliki asuransi perjalanan, kebayangkan kalo misal terjadi sesuatu terus dijemput helicopter gitu biayanya habis berapa, bisa2 nanti ga bisa pulang gara2 ga bisa bayar biaya anter jemput helicopter heheh..

Informasi tambahan waktu terbaik untuk trekking di Himalaya adalah Oktober (peralihan mansoon dan winter) tidak terlalu dingin tetapi sudah bersalju, November, December dan Maret juga sangat bagus karena langit cerah, tetapi udara sangat dingin.

Tunggu apa lagi, ayo book tiket promo ke Nepal, and taste Himalaya yourself..
Someday Gue akan balik lagi ke Nepal untuk Everest Base Camp..
So see you in Himalaya!

Sumber

Share

You may also like...