Indonesiaku Dulu, Kini dan Nanti
Singapura, Maret 2015
Sudah pukul 18:30 dan kami bertiga masih beteduh di salah satu etalase toko di area perbelanjaan Mustafa Center di Syed Alwi Road, 17km jauhnya dari bandara Changi, Singapura. Sore itu Singapura sedang hujan deras, berteduh di etalase tetap saja basah karena hembusan angin yang sangat kencang. Kami makin gelisah karena sudah 15 menit berusaha pesan taksi tapi nggak dapat karena rebutan dengan belasan orang yang sama-sama ingin berlindung dari derasnya hujan. Vemmy, teman backpackeran yang sama-sama dari Jakarta akhirnya melihat satu taksi mendekat dan nampaknya masih kosong, sebelum diambil orang lain, dia bergegas lari dan langsung pasang isyarat supaya taksinya berhenti. Tidak lama kemudian pintu belakang taksi terbuka dan Vemmy memberi aba-aba nyuruh kami berdua masuk mobil. “Changi Airport Sir, now!” ujar Vemmy. Taksipun meluncur menembus derasnya hujan yang mengguyur singapura sore itu. “Mudah-mudahan sempet ya Yud, jam 20:30 kan pesawatnya? Mudah-mudahan masih bisa checkin” ujarnya lagi. Kami berdua mengamini. Pukul 19:30 taksi yang kami naiki tiba di Changi. Ternyata dalam kondisi hujan deras sekalipun, lalu lintas Singapura tetap lancar! Kami berdua langsung turun, Vemmy tetap duduk di jok depan mobil karena penerbangan pulangnya masih besok. “Hati-hati di jalan ya guys, have a nice trippp!” ujar Vemmy sambil melambaikan tangan dan taksipun pergi. Kami langsung berbegas ke counter check in dan ternyata masih banyak yang antre check-in pesawat Jetstar kode 3K-205 rute ke Jakarta, Alhamdulillah, nggak jadi ketinggalan pesawat!
Setelah memastikan handphone dalam mode airplane, saya buka galeri di handphone dan melihat satu persatu foto yang diambil selama backpacker-an seharian di Singapura, setiap geser satu foto, senyum makin melebar, nggak nyangka akhirnya bisa backpackeran bertiga ke negeri mungil ini, negara yang sampai sehari sebelum berangkat hanya tau dari berita dan cerita orang-orang saja, negara mungil yang konon katanya paling maju di Asia Tenggara, paling bersih, dan paling bagus transportasinya.
Dan hari itu kami bertiga berhasil menginjakan kaki di Singapura, mencoba membuktikan kebenaran informasi tentang kemajuan transportasi Singapura tersebut dan ternyata benar adanya. Tidak heran mengapa banyak sekali orang Indonesia yang memilih liburan ke negara ini, di Singapura mau pergi kemana saja nyaman tinggal naik MRT, tidak sempat naik MRT bisa naik BRT (bus rapid transit), kalau buru-buru tinggal naik taksi dan dijamin lancar! Sampai-sampai berpikir bisa nggak Indonesia jadi seperti Singapura? Kapan Indonesia bisa seperti Singapura?
Jakarta, Maret 2019
Parkiran motor di samping Point Square, Lebak Bulus, pagi itu tidak terlalu ramai, setelah memastikan motor aman, saya dan istri bergegas jalan kaki menuju pintu masuk stasiun yang tidak jauh dari parkiran motor. Ternyata antrian masuknya panjang, antuasiasme warga begitu besar dengan hadirnya moda transportasi baru di ibu kota tersebut, termasuk istri saya yang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta demi mencoba untuk pertama kalinya. Setelah melalui pemeriksaan tiket, kami diarahkan ke peron stasiun dimana satu rangkaian MRT tujuan Bundaran HI sudah menunggu. Setelah semua penumpang boarding, MRT pun melaju dengan perlahan, kemudian semakin cepat, pemandangan di luar jendela yang semula gedung-gedung bertingkat dan perumahan tiba-tiba berubah menjadi gelap, rupanya kereta memasuki stasiun bawah tanah, seperti di film-film, seperti di Singapura!
Lima tahun lalu di atas langit Indonesia di dalam pesawat Jetstar Singapura tujuan Jakarta, naik MRT di Ibu Kota Jakarta itu hanya mimpi, tapi hari itu 24 Maret 2019, mimpi itu menjadi kenyataan setelah Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya MRT Jakarta sepanjang 15,7 Km yang membentang dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sebanyak total 13 stasiun yang terdiri dari 6 stasiun bawah tanah dan 7 stasiun layang.
MRT Jakarta adalah salah satu gebrakan pemerintah dalam bidang transportasi untuk menjawab kebutuhan transportasi massal yang handal di Ibu Kota. Tapi Indonesia kan bukan cuma Jakarta, bagaimana nasib kota lain? Provinsi lain? Pulau lain? Di satu sisi masyarakat menyambut antusias peresmian MRT Jakarta di Ibu Kota, namun tidak sedikit yang mengkritik dengan membandingkan Jakarta dengan provinsi lain di luar Jawa. Indonesia itu luas, ada 17.000 pulau tersebar-sebar di 5,8 juta km2 luas laut Indonesia, jumlah penduduknya lebih dari 250juta orang, bagaimana pembangunan infrastruktur transportasi di tempat-tempat lain selain pulau Jawa?
Bisa jadi pembangunan infrastruktur transportasi masih java centris, tapi bisa juga kita keliru, jangan-jangan selama ini pemerintah sudah kerja keras mengupayan konektivitas antar kota antar provinsi di semua pulau tidak hanya jawa. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya menggunakan data hasil riset World Economic Forum dan World Travel & Tourism Council tahun 2019 serta data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2014-2019 selain tentunya data dari kementerian perhubungan dan beberapa surat kabar online. Berikut adalah informasi yang didapat:
Kinerja Infrastruktur Transportasi 5 Tahun Terkahir
Berdasarkan laporan Global Competitiveness Report tahun 2019 dari World Economic Forum untuk pilar infrastruktur transportasi, Indonesia berada di posisi ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand di kawasan ASEAN dan posisi ke-55 secara global.
Walaupun masih tertinggal dari Singapura, Malaysia dan Thailand, namun dalam lima tahun terakhir hampir semua sektor perhubungan mencatatkan pertumbuhan infrastruktur yang signifikan. Kinerja infrastruktur dan pelayanan transportasi selama 2014-2019 tidak hanya transportasi di Pulau Jawa, pemerintah melalui dinas perhubungan menyadari pentingnya pemerataan infrastruktur transportasi secara nasional untuk pemerataan ekonomi. Semakin tinggi konektivitas antar pulau maka semakin memperkecil disparitas harga-harga barang di Jawa dan luar jawa, yang efeknya tentunya pada kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat kategori 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan).
Secara singkat, berikut adalah detail hasil riset World Economic Forum terhadap infrastruktur transportasi Indonesia:
Airport Connectivity menempati urutan ke-5 dari 141 negera dan menjadi salah satu sektor yang paling membanggakan diantara sektor lainnya. Ini artinya, bandara di Indonesia termasuk yang paling terkoneksi dengan kota-kota lain di seluruh dunia, bahkan jauh mengungguli Changi Airport, Singapura yang berada di posisi ke-23. Komponen lainnya seperti efisiensi layanan kereta, konektivitas perkapalan, efisiensi layanan transportasi udara, kualitas infrastruktur jalan, efisiensi pelayanan pelabuhan, kepadatan rel kereta dan konektivitas jalan sudah semakin baik dan masih bisa ditingkatkan lagi.
Urutan peringkat komponen infrasturktur transportasi menurut Global Competitiveness Index :
Namun apakah fakta di lapangan demikian? Tentunya! Saya kupas apa saja capaian infrastruktur transportasi Indonesia untuk membuktikan relevansinya dengan peringkat versi World Economic Forum 2019.
(Klik untuk memperbesar gambar)
Saking banyaknya, tulisan ini akan jadi terlalu panjang jika bahas satu persatu, jadi saya akan bahas beberapa capaian saja, sebagai berikut :
1. Sektor Perhubungan Udara
Berdasarkan laporan World Economic Forum, “Konektivitas Bandara” adalah yang paling kompetitif di banding komponen infrastruktur transportasi lain di Indonesia dan peringkat ke-5 di dunia. Penasaran saya cek dengan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) serta data dari berbagai sumber dan ternyata benar adanya. Di sektor udara, terdapat 24 pembangunan bandara baru tersebar di Riau, Jawa, Maluku, Sulawesi, hingga Papua.
Bandara-Bandara Baru Indonesia
Pembangunan infrastruktur transportasi tidak hanya terjadi di Jawa namun tersebar di pulau-pulau lain di Indonesia. Berikut adalah beberapa diantaranya:
Di Kepulauan Riau, tepatnya di Letung, Kepulauan Anambas telah diresmikan Bandara Letung pada tahun 2018. Kepulauan Anambas memiliki pantai-pantai cantik dan spot yang menarik untuk diving.
Di Sumater Utara kini sudah ada bandara internasional Silangit dan AirAsia menjadi maskapain internasional pertama yang membuka direct flight langsung bagai turis dari Kuala Lumpur yang ingin wisata ke Danau Toba. Masih Sumatera Utara, warga Medan sudah duluan punya kereta bandara yang menghubungan Bandara Internasional Kuala Namu langsung ke pusat kota Medan.
Di Berau, Kalimantan Timur, telah diresmikan Bandara Maratua pada Oktober 2018 lalu. Bagi para diver (penyelam) mungkin sudah familiar dengan objek wisata Derawan, Kakaban, Maratua dan Sangalaki. Objek wisata tersebut memiliki keindahan bawah laut bertaraf internasional hingga pernah diulas majalah berbahasa Inggris Lonely Planet, majalah berisi destinasi wisata populer di dunia. Dulu untuk bisa ke sana diperlukan waktu +- 12 jam karena setelah transit pesawat di Balikpapan kemudian harus melanjutkan perjalanan darat dan laut via boat. Dengan dibukanya Bandara Maratua, kini cukup membeli satu leg penerbangan dari Bandara Kalimarau Balikpapan langsung ke Maratua (pulau terbesar dan terluar di Kalimantan Timur dekat kepulauan derawan) dan tinggal melanjutkan perjalanan laut via boat untuk mengunjungi 14 resort dan puluhan pulau-pulau kecil yang belum terjamah di sana. Saat ini sudah ada maskapai WingsAir, SusiAir, Garuda dan terakhir NAMAir rute Bandara Kalimarau – Maratua dengan waktu tempuh hanya 30 menit!
Di Samarinda ada Bandara APT Pranoto yang sudah terkoneksi dengan Singapura, Kuala Lumpur dan Brunei Darussalam.
Di Namlea, Kepulauan Buru, Maluku telah diresmikan Bandara Namniwel.
Di Sulawesi, kini ada Bandara Morowali di Sulawesi Selatan dan Bandara Miangas di Sulawesi Utara.
Di Papua Barat sudah ada Bandara Werur dan Bandara Koroway Batu di Papua.
Di Jawa Barat terdapat Bandara Kertajati lebih dikenal Bandara Internasional Jawa Barat yang merupakan bandara terbesar kedua setelah Bandara Soekarno-Hatta! Tahun ini telah operasional dan ikut andil dalam menerbangkan jamah haji tahun 2019 ke Mekah. Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, terdapat bandara Wiriadinata, semula bandara militer namun sekarang berfungsi sebagai bandara komersial per tahun 2017 dan WingsAir dari LionAir Group menjadi maskapai pertama yang membuka rute Jakarta (Bandara Halim Perdana Kusuma) ke Tasikmalaya. Jawa Barat bagian selatan ini memiliki potensi ekonomi, pariwisata dan pendidikan yang belum diketahu banyak orang. Tasikmalaya bersama dengan Ciamis, Banjar dan Pangandaran memiliki potensi Wisata Pantai Pangandaran, Pantai Cipatujah, Gunung Galunggung, Kampung Adat Suku Baduy dan banyak lagi. Di Tasikmalaya sekarang terdapat universitas negeri yaitu Universitas Siliwangi.
Di Jawa Tengah telah beroperasi NYIA (New Yogyakarta International Airport) di Kulon Progo pada April 2019.
Di Jakarta sendiri, terminal 1, 2 dan 3 sudah terkoneksi dengan SkyTrain yang merupakan kerjasama antara PT. Angkasa Pura dengan PT. INKA.
Dari sisi penumpang terjadi fluktuasi jumlah penumpang domestik dan internasional namun secara Year on Year (YoY) total jumlah penumpang domestik dan internasional di bandara utama Indonesia mengalami pertumbungan yang positif sebagai berikut:
Dan ada banyak lagi bandara-bandara baru yang telah beroperasi dalam lima tahun terakhir yang keberadaannya telah membawa dampak positif pada industri pariwisata dan ekonomi masyarat pada umumnya.
2. Sektor Perhubungan Darat
Sektor ini paling menonjol dibanding sektor lain karena jenis transportasinya beragam dan pelayanannya yang semakin meningkat baik pelayanan transportasi berbasis jalan maupun rel.
Untuk transportasi berbasis jalan, hingga tahun 2019 terdapat total 1.387 km jalan tol yang beroperasi, 3.305 armada bis Transjakarta yang melayani 163 rute se-Jabodetabek dengan total jumlah penumpang mencapai 900 ribu penumpang / hari. Jakarta menjadi negara dengan rute BRT (Bus Rapid Transit) terpanjang di dunia!
Untuk transportasi berbasis rel, hingga 2019 terdapat 6.000 km rel kereta, penambahan 886 armada kereta api jarak jauh, 438 unit sudah dioperasikan.
Di Sumatera Selatan, warga Palembang kini dapat bepergian ke dan dari bandaranya tanpa kena macet setelah diresmikannya LRT Palembang. LRT Palembang juga telah berperan besar dalam ajang Asian Games 2018 yang diadakan di dua kota yaitu Palembang dan Jakarta.
Selain LRT, Kereta Bandara dan SkyTrain, di Jakarta tentunya ada MRT. MRT Jakarta pada Maret 2019 lalu menjadi icon transformasi infrastruktur transportasi Indonsia yang mensejajarkan Jakarta dengan Tokyo dan kota-kota lain di dunia yang telah memiliki MRT.
Moda transporasi berbasis rel di bawah naungan PT KAI menunjukan kinerja yang positif baik untuk konsumen maupun para stake holder. Kemudahan pemesanan tiket dengan sistem online, pemberlakuan sistem boarding dan ketepatan jadwal keberangkatan kereta api jarak jauh menjadi magnet yang mampu mendrongkrak jumlah penumpang hingga 210juta penumpang pada semester 1 tahun 2019. Selama bulan September 2014 saja jumlah penumpang kereta api jawa dan luar jawa sebanyak 23,5 juta penumpang, sementara pada September 2019 sebanyak 35,2 juta penumpang atau tumbuh hampir 50%!
Rute Baru PT KAI
Sebagai contoh, bagi para railfans (sebutan komunitas pecinta kereta api) mungkin sudah tahu KAI membuka beberapa jalur baru dan reaktivasi jalur lama, salah satunya di Jawa Barat sekarang sudah ada KA Pangandaran Ekpres yang menghubungkan Jakarta ke Pangandaran via stasiun Banjar. Sebelumnya sudah ada beberapa kereta api jarak jauh dari Jakarta yang melintasi stasiun Banjar yaitu KA Serayu (Pagi & Malam) jenis ekonomi AC dengan formasi kursi tegak saling berhadapan. Bedanya adalah, KA Pangandaran Express memiliki formasi kursi sama seperti KA Argo Parahyangan rute Gambir – St. Hall Bandung, in fact, KA Pangandaran adalah KA Argo Parahyangan yang diperpanjang hingga St. Banjar sehingga kenyaman yang didapat di KA Pangandaran Express sama saja dengan KA Argo Parahyangan. Walaupun rutenya belum sampai ke Kabupaten Pangandaran, namun PT. KAI telah mulai proses reaktivasi jalur yang lama mati tersebut sehingga nantinya Jakarta – Pangandaran akan terhubung ke Pangandaran langsung tanpa harus transit di stasiun Banjar.
Tahun 2022 Indonesia Punya Kereta Cepat Jakarta – Bandung
Selain itu PT.KAI terus menggenjot pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang hingga akhir 2019 akan mencapai 50% dari total panjang 142,3 km. Pembangunan kereta cepat ini ditargetkan selesai akhir tahun 2020 dan mulai beroperasi pada 2021 (sumber). Dengan adanya kereta cepat, Jakarta-Bandung dapat ditempuh dalam waktu 40 menit, saat ini waktu tempuh dengan kereta api konvensional (Argo Parahyangan) adalah 3 jam. Setelah diresmikan, Indonesia akan menjadi negara pertama di kawasan ASEAN yang punya kereta cepat!
3. Sektor Perhubungan Laut
Di sektor kelautan, selama lima tahun terakhir telah dibangun 24 pelabuhan tol laut tersebar dari Aceh sampai Merauke. Selain itu terdapat 104 kapal perintis dengan jumlah trayek sebanyak 113.
Selama bulan September 2014, total jumlah penumpang pelayaran domestik di pelabuhan utama (Belawan, Tj Priok, Tj Perak, Balikpapan & Makassar) adalah 101 ribu penumpang. Pada September 2019 menjadi 131 ribu penumpang atau naik sebesar 30%!
Denyut Ekonomi & Pariwisata Indonesia
Pembangunan dan perbaikan khususnya infrastruktur dan layanan transportasi dilakukan tidak lain untuk kepentingan rakyat. Hampir semua sektor perhubungan mengalami perbaikan infrasturktur dan pelayanan yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil riset World Economic Forum tahun 2019, dengan capaian kemajuan yang dijelaskan di atas, adalah relevan!
Semua upaya perbaikan infrastruktur dan pelayanan baik darat, laut maupun udara akan mendukung pemerataan ekonomi termasuk dalam bidang pariwisata. Media sosial seperti facebook, instagram, twitter sudah semaksimal mungkin membantu mempromosikan potensi wisata alam dengan sangat massive dan biaya promosi minimal, namun infrastruktur transportasi adalah kunci utamanya. Dengan dibukanya bandara-bandara baru seperti bandara internasional Silangit di Sumatera Utara, Bandara Internasional Komodo di NTT, arus turis mancanegara yang masuk ke Indonesia menjadi semakin deras.
Sebagai backpacker yang Alhamduillah sudah pernah lihat beberapa objek wisata dunia, objek wisata alam Indonesia itu nggak kalah keren dibanding luar negeri, apalagi objek wisata pantai seperti yang sudah dijelaskan di atas. Indonesia punya Komodo, Derawan, Raja Ampat, Sabang, Lombok, selain tentunya wisata pantai paling terkenal, Bali.
Gambar di atas diambil dari website www.weforum.org. Berdasarkan informasi di gambar, Indonesia berada di posisi ke-4 di kawasan ASEAN dan ke-40 secara global dalam hal daya saing pariwisata dunia. Indikator yang dipakai salah satunya adalah infrastuktur seperti air transport infrastructure, ground infrastructure dan tourist service infrastructure. Namun apakah data tersebut relevan? Penasaran saya intip juga fakta-fakta di lapangan.
Berdasarkan data dari BPS, pertumbuhan rata-rata pariwisata selama lima tahun terkahir dari 2014 – 2018 sebesar 14%, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata 5 tahun sebelumnya tahun 2009 – 2013 sebesar 9%. Jumlah wisman tahun 2015 sebesar 10.2juta, melonjak di tahun 2018 menjadi 15,8juta. Tentunya hal ini membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar selain mendatangkan devisa bagi negara.
Selain itu, saya coba cocokkan dengan data lain di situs World Travel & Tourism Council di www.wtcc.org dan hasilnya ternyata sama dengan data di www.weforum.org. sehingga kesimpulannya riset yang dipublikasi baik oleh World Economic Forum atau World Travel & Tourism Council sesuai dengan perkembangan infrastruktur transportasi Indonesia. Secara singkat, berikut adalah rangkuman pertumbuhan industri pariwisata Indonesia berdasarkan hasil riset oleh World Travel & Tourism Council Tahun 2019:
Berdasarkan hasil riset oleh World Travel & Tourism Council, pertumbuhan industri pariwisata Indonesia tahun 2018 sebesar 7,8%, dua kali lipat pertumbuhan industri pariwisata global yaitu 3,9% menempatkan Indonesia di posisi ketiga setelah Thailand dan Filipina. Sektor pariwisata juga turut berkontribusi terhadap GDP nasional yaitu sebesar 6% atau Rp877 Triliun. Di sektor ini juga lahir 13 juta lapangan pekerjaan atau 10% dari total lapangan kerja yang ada.
Indonesia Ekspor Kereta, Pesawat dan Kapal ke Asia, Australia dan Afrika!
Ini yang patut dibanggakan, Indonesia ternyata mampu memproduksi dan bahkan mengekspor kereta, pesawat bahkan kapal militer ke Asia, Australia dan Afrika!
Ekspor Kereta ke Bangladesh, Filipina & Australia
Per Agustus 2018, PT.INKA membukukan penjualan kereta sebesar Rp2,4 Triliun. Ekspor tersebut diantaranya ke Bangladesh sebanyak 250 gerbong kereta. Selain Banglades, Filipina melalui Philippine National Railways (PNR) juga memesan 6 Diesel Multiple Unit (DMU), 3 lokomotif, dan 15 unit kereta penumpang dengan nilai total US$57,1 juta atau Rp800 Miliar. Malaysia,Thailand dan Australia juga ternyata menjadi pasar ekspor kereta produksi INKA. sumber
Indonesia Garap Jalur Kereta Laos – Vietnam Tahun 2021
Proyek senilai Rp26,9 Triliun tersebut akan dikerjakan oleh 4 perusahaan BUMN yaitu PT. INKA, PT. KAI, PT. Waskita dan PT.LEN. Jalur kereta ini akan menghubungkan Provinsi Khammouane di Laos ke pelabuhan Vung Aung di Vietnam sepanjang 400 km. Target penyelesaian proyek ini adalah 2024 (sumber).
Ekspor Kapal ke Filipina
Di sektor perhubungan laut, Indonesia melalui PT. PAL menjual dua kapal militer ke Filipina jenis Landing Platform Dock (LPD) sepanjang 143 meter dengan harga sekitar USD 43 juta atau sekitar Rp 626,24 miliar!
Ekspor Pesawat ke Korea Selatan
Selain itu, melalui PT DI (Dirgantara Indonesia), Indonesia telah memproduksi 431 pesawat, 48 diantaranya telah diekspor ke Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Turki dan Uni Emirat Arab dan pada tahun 2020, Indonesia juga akan mengirimkan pesawat CN235 ke Senegal dan Filipina !
Ada begitu banyak pencapaian Indonesia di bidang infrastruktur, transportasi dan pariwisata yang membawa dampak ekonomi positif bagi masyarakat, namun selalu masih ada ruang untuk perbaikan.
Masih Ada PR
Indonesia sudah kerja keras mengejar ketertinggalan dalam bidang infrastruktur transportasi namun menurut laporan World Economic Forum dan World Travel & Tourism Council tahun 2019, Indonesia masih berada di posisi ke-4 di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand! Sedih, namun harus berbesar hati karena faktanya, negara lain juga terus berbenah dan berlomba memajukan infrastruktur negaranya. PR kita masih ada!
Konektivitas jalan dan kereta api masih bisa ditambah lagi terutama di luar Jawa dengan membuka jalur-jalur baru atau memperbaiki yang sudah ada. Efisiensi pelayanan perkapalan dan transportasi udara juga masih bisa meningkat lagi dengan bantuan teknologi informasi.
Walau bagaimanapun, masyaratkat Indonesia masih bisa berbangga hati, dengan wilayah terluas di ASEAN, peringkat Indonesia masih lebih baik dari Vietnam dan Filipina, pertumbuhan pariwisatanya 2x lipat rata-rata pariwisata dunia dan tahun 2020 Indonesia akan menjadi negara pertama yang memiliki kereta cepat di kawasan ASEAN! Pemerintah melalui departemen perhubungan perlahan tapi pasti terus melakukan upaya semaksimal mungkin untuk membangun infrastruktur baru sekaligus memperbaiki yang sudah ada dan hal ini akan terus berangsung kedepannya.
Kesimpulan
Kembali ke pertanyaan 5 tahun lalu di dalam pesawat Jetstar Singapura tujuan Jakarta, mungkinkah Indonesia bisa seperti singapura? Dengan infrastruktur yang layak dan fakta-fakta yang dijelaskan di atas, Indonesia tidak hanya bisa jadi seperti Singapura tapi Indonesia bisa lebih dari itu, jadi adidaya di Asia Tenggara!
Pembangunan infrastruktur termasuk infrastruktur transportasi tidak lagi Java Centris namun sudah mengarah ke Indonesia Centris dibuktikan dengan pencapaian kemajuan infrastruktur transportasi selama 5 tahun terakhir serta pengakuan berbagai lembaga internasional seperti World Economic Forum dalam risetnya yaitu Global Competitiveness Index tahun 2019 yang pastinya tidak hanya membahas tentang jawa namun pulau-pulau lain di Indonesia.
Namun memang benar PR di bidang infrastruktur ini masih ada, banyak hal yang masih bisa ditingkatkan lagi dan saya melihat itulah yang sedang dilakukan pemerintah sekarang demi kesejahteraan rakyat. Indonesia dari dulu adalah bangsa yang besar dan berdaulat, pergantian kekuasaan dari zaman kerajaan hingga menjadi negara konstitusional tidak membuat identitas itu hilang namun semakin kuat. Dengan pencapaian positif selama 5 tahun terkahir, saya optimis bahwa Indonesia akan tetap menjadi bangsa yang besar dulu, kini dan nanti!
Tulisan ini dilombakan dalam Blogger Competition yang diselenggarakan oleh Kemenhub yang beralamat di :
website : http://dephub.go.id/
Instagram : https://www.instagram.com/kemenhub151/?hl=en
Facebook : https://www.facebook.com/kemenhub151/
Twitter : https://twitter.com/kemenhub151?lang=en
Youtube : Kemenhub151
Email : [email protected]
Dibuang sayang: foto-foto di Stasiun MRT Jakarta ketika baru launching bulan Maret 2019
Sumber :
www.weforum.org
www.bps.go.id
www.dephub.go.id
www.wtcc.org
www.detik.com
www.kontan.co.id
www.katadata.co.id
Credit: